LAPORAN MID SEMESTER PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK
Waktu perdrahan, waktu beku
Darah dan LED
OLEH:
WAHIDIN
E10014022
A.3

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hematologi adalah cabang
ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya.
Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Pemeriksaan hematologi
digunakan untuk mengetahui sel-sel darah dan bagia n-bagiannya termasuk fungsi
fisiologisnya, antara lain sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan
sebagainya. Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan rutin, digunakan untuk
pemeriksaan screening awal maupun pemeriksaan lanjutan.
Lebih dari 75 jenis
pemeriksaan hematologi yang terbagi dalam Hematologi Rutin, Faal Hemostasis dan
Hematologi Khusus telah mampu kami kerjakan dengan menggunakan instrumen
berteknologi mutakhir flowcytometry dan Laser photo detector yang mampu
menghitung dan mengidentifikasi sel-sel
darah secara otomatis, berkecepatan tinggi, dan hasil analisis yang sangat
akurat. Pada umumnya sampel darah diperoleh dari darah kapiler dan darah. Darah
merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matrik
(plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah terdiri
atas dua komponen utama, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan
bagian yang cair, terdiri atas serum dan fibrinogen. Sel-sel darah merupakan
bagian darah yang padat, terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu
pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penunjang atau penegak diagnosis yang
berkaitan dengan terapi dan prognosis (Sarkar&Devi, 2006).
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok
pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas beberapa macam
pemeriksaan.Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung
jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran
darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit
dan jumlah trombosit (Budiwiyono, dkk,
2005).
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang
mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan
bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa
metabolisme dari jaringan. Darah
memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah
merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang
jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen
selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
Darah
dalam istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato yang berrasal dari yunani haima yag berarti darah. Dimana darah meupakan suatu caira yang
terdapat pada semua jenis makhluk hidup ( kecuali tumbuhan ) tingkat tinggi
dimana darah tersebut berfungsi untuk mengirimkan zat – zat dan oksigen
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, untuk mengangkut bahan – bahan kimia hasil
metabolism dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Volume darah di dalam tubuh sekitar sepertiga belas berat
badan orang sehat, atau kurang lebih 4 – 5 liter. Bila cairan darah terlalu
banyak atau terlalu sedikit, maka tubuh sendiri akan mengatur sekresi melalui
keringat dan kencing atau urine sehingga kadar larutan dalam darah tetap dan
tekanan osmosis dalam darahpun juga tetap. Darah mempunyai bebarapa fungsi yang penting untuk tubuh.
Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil
limbah metbolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar
endokrin ke target organ tubuh.
Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah.
Komponen sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit). Sel darah merah (eritrosit) umumnya
dapat mengalami kerusakan atau gangguan apabila diletakkan dalam suatu larutan
yang tidak sesuai dengan tekanan osmotiknya. Hal ini dapat berpengaruh dalam
menjalankan fungsinya dalam tubuh. Sel darah yang mengalami gangguan dapat
mengalami hemolisis (pecah) dan krenasi (berkerut).
Dalam
darah terkandung hemoglobin berfungsi
untuk pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertyulang belakang atau
invertebrata berukuran kecil, oksigen langsung meresap dalam plasma darah karan
protein pembawa oksigen terlarut secara habis. Hemoglobin merrupakan protein
pengakut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan bertulang belakang atau
vertebrata. Hemoglobin yang bewarna biru mengandung tembaga dan digunakan oleh
hewan crustaceae.
Tubuh manusia setiap saat terjadi proses sirkulasi berbagai zat yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk suplai energi sehingga tubuh dapat melakukan
aktivitas. Media yang berperan dalam mengedarkan zat-zat tersebut adalah darah.
Darah merupakan cairan yang bersirkulasi dalam tubuh
manusia dan vertebrata yang berfungsi
untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
serta mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme.
Darah mempunyai fungsi
sebagai alat pengangkut yaitu membawa sari-sari makanan keseluruh tubuh,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme. Darah juga berfungsi sebagai alat
pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih yang berfungsi membunuh kuman
penyakit, dan keping-kepimg darah dapat menutup luka. Selain itu darah juga
berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
Fungsi utama dari darah adalah sebagai media transport
yaitu mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru, untuk mencapai gas ini sel darah mengandung protein
khusus yaitu hemoglobin karena sewtiap sel darah merah mengandung sekitar 640
juta molekul hemoglobulin, selain itu darah juga berfungsi sebagai regulasi dan
pertahanan tubuh, yaitu mencegah dari pendarahan dan pertahanan tubuh dari penyakit.
Atas dasar inilah dilakukan praktikum mengenai darah I untuk mengetahui bentuk
dan sifat-sifat darah diantaranya preparat darah natif, waktu koagulasi dan
pendarahan, serta laju endap darah.
Dalam
kehidupan sehari-hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan dinding
pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat
pisau dan sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga
selalu ada reaksi untuk menghentikannya. Bila tidak diatasi, ada kemungkinan
akan menyebabkan kehilangan darah dan terjadinya infeksi. Tetapi untuk
luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita sadari, jarang sekali
dilakukan upaya untuk menegndalikan luka itu. Misalnya pada kasus luka
kecil di saluran cerna akibat memakan sesuatu yang keras dan runcing, misalnya
tertelan duri ikan. Bisa saja hal ini akan menimbulkan infeksi bila tidak
ada kesadaran dari individu itu sendiri untuk mengatasinya. Untunglah di
dalam tubuh setiap manusia memiliki suatu mekanisme penanganan pendarahan atau
hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan
terjadi penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot
polos sebagai suatu plasma local dan karen refleks simpatik yang merangsang
serabut adrogenik yang menginversi otot polos dinding.

Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin
inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal
(Poedjiadi, 2000). Kisaran waktu terjadinya
koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam
waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari
volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 2002). Koagulasi dapat dicegah dengan
penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium
(Schmidt, 2001).
Laju Endap Darah adalah kecepatan
mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat
tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. LED sering juga diistilahkan dalam
bahasa asing BBS (Blood Bezenking Snelheid), BSR (Blood Sedimentation Rate),
ESR (Erytrocyte Sedimentation Rate) dan dalam bahasa indonesianya adalah KPD
(Kecepatan Pengendapan Darah).(Sacher, 2004).

Laju
Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate
(ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan
sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke
dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang
mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya nilai
pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita,
terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan
dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi
orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya
bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang
mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Bila memang Fe-nya
yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus).
Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan
Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar
proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi
protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk
minuman bertenaga dan yang paling
banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari praktikum waktu
perdarahan adalah untuk mengetahui waktu perdarahan dengan metode duke.
Tujuan dari waktu beku darah adalah untuk
menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) ternak atau manusia.
Tujuan dari
praktikum laju endap darah ini adalah untuk menentukan laju endap darah dengan
menggunakan tabung wastergreen,
Manfaat dari praktikum waktu perdarahan dan waktu beku
darah yaitu kita bisa mengetahui waktu perdarahan yang normal, dan sebab
mengapa waktu perdarahan yang tidak normal dapat terjadi. Dan juga, kita bisa
mengetahui proses terjadinya waktu beku darah.
Manfaat dari praktikum laju endap darah dan hemolisis
adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel yang
representatif dan benar dan bagaimana cara menghitung kadar air dan berat bahan
kering.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pembuluh darah yang
terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian yang terluka. Hal ini
terjadi karena kontraksi miogenik
otot polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang
merangsang serabut adrogenik
yang menginversi otot polos dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan berkurang (Frandson, 2002).
Kisaran waktu pendarahan
yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 2006).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat
pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah
dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan
kontraksi langsung otot pembuluh darah
kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit
yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan,
umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah (Dsyoghi,
2010).
Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini
terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah
yang putus menyempit. Penjedalan darah
sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,2005).
Waktu pendarahan diamati sebagai
interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembulh darah yang luka sampai
darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini
disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh
darah yang rusak. (Anonim, 2009)
Bekuan mulai terbentuk dalam 15 sampai 20 detik
bila trauma pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya
kecil. (Puzzy, 2009)
Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai
waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas
saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu
darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh
dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. (Sonjaya, 2008)
Darah memiliki dua
komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian
dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60%
dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah
termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping
darah (trombosit). Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir
ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan
makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa
metabolisme dari jaringan (Anonim,
2009).
Perdarahan yang spontan juga dapat terjadi
karena kegagalan untuk membentuk sumbatan eritrosit.Perdarahan kemudian dapat
terjadi karena pergerakan otot biasa atau trauma minimal.(Indah, 2008)
Pembekuan darah disebut juga koagulasi
darash, faktor yang diperlukan
dalam penggumpalan darah adalah
garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trombokinase, thrombin dari
protrombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen, mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah
trombosit meninggalkan pembuluh darah
dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin, bersama-sama dengan
ion Ca, tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi thrombin (Evelyn, 2004).
Trombin
adalah enzim yang mengubah fibrinoge menjadi fibrin. Fibrin inilah yang
berfungsi menjaring sel-sel darah
merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994).
Kisaran
waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir
dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi
sekitar 40% dari volume semula dalam waktu
24 jam (Frandson, 1992).
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium
sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).
Menurut Sonjaya (2009)a,
Waktu koagulasi adalah waktu mulai darah keluar sampai terbentuknya benang
fibrin. Sedangkan menurut Sonjaya (2009)b, waktu
koagulasi darah adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana
baervariasi untuk berbagai spesies.
Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan
darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin
(protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam
proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera
di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi
karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya
antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autoimun (Sonjaya, 2009)b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu koagulasi darah
yaitu adanya pembentukan tromboplastin, adanya ion kalsium dan substansi
tambahan faktor trombosit bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk
tromboplastin, protrombin, prokonvertin, akselerator konversi serum protrombin,
dan ion kalsium (Ariwibowo, 2007).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai
2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu
koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5
menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit, dan anjing 2,5 menit
(Frandson, 2001).
Koagulasi darah adalah suatu fungsi
penting dari darah untuk mencegah banyaknya darah yang hilang dari pembuluh
darah yang rusak (terluka). Bagian dari darah yang sangat berperan dalam proses
koagulasi adalah trombosit atau keping darah. Trombosit berasal dari sistem sel
di sumsum tulang yaitu mengakarosit yang berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo,
2000).
Adapun faktor dalam pembekuan darah
meliputi ion Ca2+, tromboplastin, akselator trombosit, konvertin,factor
anti hemofilik. Pembekuan atau penggumpalan darah disebut juga koagulasi darah.Dari
situ akan terjadi suatu masa yang menyerupai jeli yang kemudian menjadi massa
yang memadat dengan meninggalkan cairan jernih disebut serum (Poedjiadi, 1994).
Proses penggumpalan darah dimulai ketika
endothelium pembuluh MisaK akibat adanya luka dan jaringan ikat pada dinding
terpapar ke darah. Trombosit menempel ke wa'. Kolagen dalam jaringan ikat
tersebut dan mengeluarkan fibrinogen yang membuat trombosit riaur-a berdekatan
dan menjadi lengket, Trombosit selanjutnya membentuk sumbat yang memberikan
reriindungan darurat sehingga tidak terjadi kehilangan darah.Penutupan ini
diperkuat oleh gumpalan. Campbell
(2003),
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu
koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah
waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo,
2009)
Pembekuan darah disebut juga
koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah garam
kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari protombin
dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan
pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama
dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin
(Evelyn, 1989).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah
menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994). Kisaran waktu terjadinya
koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam
waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari
volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 1992). Koagulasi dapat dicegah
dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam
kalsium (Schmidt, 1997).
Faktor terpenting pemeriksaan LED
adalah tabung harus betulbetul tegak lurus, perubahan dan menyebabkan kesalahan
sebesar 30%. Selain itu selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau
bergerak. Panjang diameter bagian dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil
pemeriksaan.(Bajpai,2009).
Pembacaan metode westergren dilihat
dengan panjangnya kolomplasma di atas tiang eritrosit dengan memperhatikan
beberapa hal yaituwarna plasma di atas eritrosit, kejernihan plasma misalnya
menjadi keruholeh karena hiperlipemia, lapisan leukosit pada kolom eritrosit
akanmeningkat oleh leukositosa dan leukimia, tajamnya batas antara darah
danplasma yang menjadi tidak tajam oleh anisositosa (Wagener, 2002).Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung LED
dalam sikap tegaklurus, selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat
berpengaruh banyakterhadap hasil LED. (Hendrayani,2007)
Darah normal mempunyai LED relatif
kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbagi oleh
tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar
kolesterol meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawa
terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang
meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan
meningkatkan LED. (Barbara, 2006)
Penentuan nilai LED secara umum
telah digunakan dalam pengobatan klinik, menegakkan diagnosis, mengetahui
penyakit secara dini dan memantau perjalanan penyakit seperti tuberkolosa dan
reumati. Peningkatan kecepata pengendapan berhubungan langsung dengan beratnya
penyakit. (Isbister, 2000)
Metode yang digunakan untuk
pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil
pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak
seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai
LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi,
hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe.
Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen
daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH ).merekomendasikan untuk menggunakan
metode Westergreen. (Riswanto, 2009)
LED adalah kecepatan eritrosit
mengendap dalam pipet westergren. Pada peradangan, kecepatan meningkat, karena
perubahan pada komponen plasma yang terjadi selama proses inflamasi. Protein
plasma yang terlibat dalam peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama
dilepaskan oleh hati. LED khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai
penyakit inflamasi. (Tambayong J, 2000)
Laju endap darah yang ditemukan pertama kali
oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang menggambarkan
komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma.
(Widodo, 2004)
Prinsip dasar pemeriksaan LED
adalah; darah dan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran
tertentu (pada pipet LED) dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan
eritrosit dengan kecepatan tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan
mengukur jarak antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor
yang mempengaruhi LED, yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua,
wanita, saat mensturasi, kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor
teknis (masalah pengenceran, suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED) ,
peningkatan fibrinogen (pada beberapa kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan).
Faktor yang dapat menurunkan LED adalah lekositosis berat, polisitemia,
speherositosis (acantositosis, micrositpsis ), faktor teknis (masala
pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran), abnormalitas protein
(hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia, dispoteinemia). Faktor yang belum
pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu badan, dan usai mengkomsumsi
aspirin. (Widodo, dkk, 2004)

MATERI
DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Anatomi
dan Fisiologi Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 28
Maret – 25 April 2015, pukul 08.00 WIB Sd s/d selesai.
Bertempat di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai waktu pendarahan
yaitu: Alkohol 70%, ujung jari praktikan, kapas atau tisu, lanset steril.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai waktu
pendarahan yaitu: Alkohol 70%,lanset steril, Jarum pentul, gelas arloji
berlapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin, kapas, alat pencatat waktu,
(stopwatch atau arloji tangan).
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai laju endap
darah yaitu : darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, tabung
westergreen dengan raknya.
3.3 Metoda
Adapun
metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai Waktu pendarahan yaitu:
Bersihkan ujung jari dengan alkohol 70% kemudian bersihkan/lap dengan kapas
atau tisu bersih. Tusuk ujung jari dengan lanset steril hingga mengeluarkan
darah. Catat waktu dari saat darah mulai keluar sampai pendarahan berhenti dan
usaplah darah tersebut dengan kapas/tissue. Biarkan darah keluar lagi. Lakukan
kegiatan tersebut setiap 30 detik sampai darah tidak keluar atau terhenti, dan
catat waktunya. Catat waktu pendarahan (waktu ke satu) sampai pendarahan
berhenti (waktu kedua)
Adapun
metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai waktu beku darah ada dua
cara yang pertama: bersihkan dengan alkohol ujung jari praktikan atau lokasi
pengambilan darah ternak. Tusuk dengan lanset steril pada ujung jari atau
lokasi pembuluh darah dan catat waktu pada saat darah keluar. Letekkan 1-2
tetes darah ke gelas arloji tang berlapis paraffin. Dengan mengunakan jarum
pentul, tusuk ke dalam darah dan angkat. Lakukan hal tersebut setiap 0,5 menit
sampai terlihat benang putih dan catat waktunya. Waktu mulai darah keluar dari
pembulu darah sampai terbentuknya benang putih disebut waktu beku darah.cara
yang kedua: bersihkan dengan alkohol jari praktikan atau lokasi pengambilan
darah ternak. Tusuk dengan lanset steril pada ujung jari atau lokasi pembuluh
darah dan catat waktu pada saat darah keluar. Tempelkan salah satu ujung pipa
gelas kapiler (tidak mengandung heparin) pada darah yang keluar dari pembuluh
darah dan catat waktunya. Biarkan darah masuk kedalam pipa kapiler dengan
sendiriya sampai 4/5 panjang pipa, tunggu 2 menit, kemudian ptahkan 1/10 dari
pipa yang berisi darah. Lakukan hal tersebut setiap 30 detik sampai keluar
benang fibrin. Catat waktunya saat terbentuk benang fibrin.
Adapun
metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai laju endap darah yaitu:
sampel darah dihisap dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kemudian
tegakkan rak. Tiap 30 menit catat penurunan dari sel-sel darah. Buatlah grafik
dari 0-90menit.
Adapun
metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai Hemolisis yaitu: beri
nomor/kode pada setiap tabung (1-10). Isi 10 tabung tersebut masing-masing 5 ml
larutan tersebut. Tambahkan 3 tetes darah kedalam setiap tabung dan biarkan
selama 30 menit. Periksa/amati warna warna dan kekeruhan larutan dan didalam
tabung . warna merah cerah menunjukkan adanya hemolisis. Warna keruh belum
tentu tidak terjadi perubahan. Kemungkinan sebagian sel mengalami hemolisis
atau perubahan lainnya. Untuk memastikan terjadinya hemolisis / perubahan
dilakukan secara mikroskopis.
Cara
pemeriksaan mikroskop: pada gelas objeck sebelah kiri teteskan 1 tetes larutan
dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol (penbanding)
bagian kana teteskan 1 tetes larutan tabung kedua, tutup dengan cover glass.
Periksa dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Lakukan hal
yang sama untuk tabung lainnya dengan menggunakan larutan dari tabung pertama
sebagai kontrol.
Catat
hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut: pada pemeriksaan mikroskopis,
tuliskan tanda(+) bila terlihat jelas adanya hemolisis (larutan dalam tabung
berwarna merah cerah) dan anda (-) bila belum terlihat adanya hemolisis(larutan
dalam tabung berwarna keruh). Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan pada kolom
bentuk sel bulat licin atau bulat bergerigi, atau bentuk lainya; pada kolom
besar bandingkan dengan kontrol(tabung1)tulis tanda(=) apabila besarnya sama
dengan kontrol, tanda (>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila
lebih keci; untuk jumlahnya relatif sama dengan kontrol, tanda (>) apabila
relatif lebih banyak, dan tanda (<)apabila relatif lebih sedikit.

HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.2
Waktu Perdarahan
1.Nama Praktikan
: SRI WEDIA
Umur : 19th
Jenis kelamin :
Perempuan
Kondisi : Sehat
Hasil praktikum
waktu pendarahan adalah setelah darah mengalir dari jari praktikan darah
berhenti mengalir pada detik ke 30. Setelah di usap atau dilap,darah pun tidak
mengalir lagi. Namun hal ini tidak sesuai dengan pendapat Subhan (2003) yang
menyatakan bahwa waktu pendarahan di
pembuluh kecil itu lebih lama pendarahan waktu pertama keluar darah : 10 menit
waktu akhir/kering : 30 menit Terjadi penggumpalan.
Pada jari
yang ditusuk dengan lanset sterill terdapat pembuluh darah kecil. Yang dimaksud
dengan pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
Pendarahan dapat berhenti sendiri
misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit
sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak
keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi
timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian
anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang
menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal
untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada
endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai
elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat
penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,1989
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada
pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada
saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak
adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah
terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah
mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler
(pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah
terang. Tambayon (2003) menyatakan bahwa
cepatnya proses pembekuan darah karena di dalam darah manusia terdapat globin
dan hem (sekitar 40%) sebagai proses konjugasi protein dalam tubuh manusia.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu
jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendoteldan membentuk
agregasi. Disaat darah keluar, darah sempat berheti sebentar namun berlanjut
beberapa menit kemudian. Pendarahan
dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang
terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami
dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme
trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot
pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar
dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2000).
Gambar waktu pendarahan
![]() |
![]() |
Waktu perdarahan pada praktikan Wedi Imam Pramono normal karena karena
waktu perdarahan lebih dari 1 menit dan kurang dari 6 menit. Menurut Dsyoghi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur,
besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Kisaran waktu
pendarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik.
Tabel 3. Waktu
Perdarahan
Kelompok
|
Waktu keluar
|
Waktu berhenti
|
Waku keluar
|
Waktu berhenti
|
1
|
5 detik
|
4.30 detik
|
2 detik
|
30 detik
|
2
|
5 detik
|
30 detik
|
3 detik
|
20 detik
|
3
|
5 detik
|
30 detik
|
3 detik
|
30 detik
|
4
|
5 detik
|
30 detik
|
2 detik
|
30 detik
|
5
|
5 detik
|
30 detik
|
3 detik
|
30 detik
|
6
|
5 detik
|
30 detik
|
3 detik
|
20 detik
|
Pada waktu perdarahan darah pada
jari praktikan akan mengalami penghentian keluar nya darah itu terjadi pada
saat 5 menit. Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi
luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada
2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy
lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit.
Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang paling
terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan. (Syaifuddin,
2002) bahwa Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium
untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.
Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu
koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini
terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada
jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Disaat darah keluar, darah sempat
berheti sebentar namun berlanjut beberapa menit kemudian hal ini juga
dikemukakan oleh Pendarahan
dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang
terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami
dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme
trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot
pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar
dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2001).
4.1.3
Waktu Beku
Darah
1
Nama Praktikan : SRI WEDIA
Jenis kelamin : Perempuan
Kondisi : Sehatt
Waktu beku darah :
10 menit 09 detik
Pada praktikum waktu beku darah digunakan
darah praktikan Wedi Imam Pramono, dan juga darah hewan sapi, kambing dan ayam.
Dari semua sampel darah tidak terjadi waktu beku darah karena tidak terbentuk
benang putih (fibrin). Dibuktikan dengan pernyataan Wibowo (2009), yang menyatakan bahwa fibrin
sangat berperan penting dalam pembekuan darah.Waktu beku darah biasa disebut
dengan waktu koagulasi darah.Waktu antara darah masuk sampai terjadi
penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit. ul(2007). Hal ini juga sesuai dengan pendapaat
Faktor yang penting dalam menghentikan suatu
peredaran yaitu kongulasi atau pembekuan.mekanisme insintik adalah
serangkaian reaksi enzimatik yang di
awali apbila darah bersentuh dengan permukaan asing. Semua permukaan selain
lapisan endotel pada dindin pembuluh darah adalah asing terhdap protein-protein
kogulasi dan sel-sel dalam darah merah. Sekali peruses pembekuan di mulai,
serangkaian reaksi akan terjadi dan mencapai puncaknya dengan terbentuknya terumbin dan
benang-benang fibin.
Menurut Poedjiadi (1994), mekanisme
pembekuan darah yaitu pertama, jaringan mengalami cedera, trombosit yang
mengalami lisis kemudian terjadi pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi
dengan faktor antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk
tromboplastin. Kedua, Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh ion Ca.
Ketiga, protrombin dengan bantuan ion Ca, konvertin, dan tromboplastin akan
diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator globulin plasma in-aktif
diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh trombin. Kelima,
protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin
dengan bantuan trombin. Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah
dan memiliki fungsi dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam
darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan, dan kondisi
kesehatan ternak.
Waktu
beku darah manusia, di lakukan dengan
meletakan darah di atas gelas arloji dengan menyalakan setopwach di mulai dari
pengambilan di pembuluh darah sampai dengan dengan catatan waktu : 37,5 menit.
Waktu beku darah sapi sama seperti pemberlakuan drah manusia dengan
catatan waktu 37,14 menit. Menurut
Hamilton 2008. Beda beku darah manusia dengan hewan hanya sedikit
Pada
saat pembekuan darah pasti akan terbentuk benang-benang putih itu darah akan
sepaerti mengumpal. ada
beberapa zat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah,yaitu Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa
faktor pembekuan darah.
Atas
dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya
trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada
pemeriksaan laboratorium atau tranfusi. Antikoagulan
oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan sebagai
pencegahan untuk mengurangi insiden tromboemboli (masuknya udara pada
aliran darah) terutama pada vena.
Pada umumnya proses pembekuan darah sangat dipengaruhi
oleh kepingan-kepingan darah. Pembekuan darah juga dipengaruhi suatu komponen
esensial yakni fibrinogen, pembekuan darah mampu menghentikan semua perdarahan
pada pembuluh darah yang rusak. Seperti yang dinyatakan oleh Jhonson, Dkk, 184 bahwa untuk
pembentukan benang fibrin sebagai penentu cepatnya pembekuan darah, darah dalam
tubuh manusia mengalami proses tromboplastik dalam darah dengan bantuan calcium
dan protrombin berubah menjadi trombin, lalu trombin dengan bantuan fibrinogen
akan membentuk benang-benang fibrin yang akan menutup luka dan membuat darah
menjadi beku.
Tabel 4. Waktu Beku Darah
Per kelompok
No
|
kelompok
|
Waktu
|
1
|
satu
|
9 menit 27 detik
|
2
|
dua
|
8 menit 30 detik
|
3
|
tiga
|
10 menit 09 detik
|
4
|
empat
|
11 menit 09 detik
|
5
|
lima
|
2 menit 37 detik
|
6
|
enam
|
16 menit 13 detik
|
Pada darah
manusia terjadi pembekuan (terbentuk benang putih) karena darah tidak dibri antikoagulan.
Sedangkan darah sapi, kambing, dan ayam tidak terjadi pembekuan Karena darah –
darah tersebut diberi antikoagulan.Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu
koagulasi darah. Waktu antara darah
masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit
.
Tabel 5.. Waktu beku darah
Jenis
Darah
|
Waktu
|
Keterangan
|
Sapi
|
>6menit
|
Tidak ada benang putih
|
Ayam
|
>6menit
|
Tidak ada benang putih
|
Kambing
|
>6menit
|
Tidak ada benang putih
|
Praktikan
|
1 menit
|
Ada benang putih
|
Waktu beku hanya
dimilki oleh manusia sedangkan ayam, sapi
dan kambing tidak memiliki waktu beku darah, hal ini sesuai dengan bahwa
manusia memiliki waktu beku darah sekitar 1-6 menit. Waktu
koagulasi yang normal menurut Frandson (1992). Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan
berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu
koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5
menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit, dan anjing 2,5 menit.
Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan
umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan
mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam. Dari
hasil pengamatan, data koagulasi kelompok masih berada dalam kisaran normal,
yaitu antara 15 detik hingga 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Anti
bodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin yang merupakan faktor penghambat
protein koagulasi darah. Sehingga waktu koagulasi pada tiap sampel darah sangat
bervariasi. Agar terlihat benang harus
dilakukan, agar benaang putih pada sampel darah harus dilakukan, agar anti
koagulannya tergabung, hal ini sesuai dengan Prinsip pemeriksaan hematokrit
cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel
darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 2009).
4.1.4 Laju Endap Darah
Laju Endap Darah merupakan suatu pemeriksaan darah
yang dapat membentuk penentuan status kesehatan seekor hewan. Hasil
yang telah kami dapat yaitu dari sampel darah yang dihisap dengan westar green
sampai anka 0 dan ditegakkan pada rak tiap 30 menit catat penurunannya hingga
sampai menit ke 40 yaitu 30 menit pertama : 2 mm, 30 menit kedua : 3 mm dan 30
menit ke tiga adalah 5 mm.
Tabel 6. Laju Endap Darah Kambing
|
|||||||||||||
Gambar 3. Grafik
1 Laju Endap Darah pada Kambing
![]() |
Keterangan :
- 30 menit
pertama adalah 10 mm
- 30 menit
kedua atau menit ke 60 adalah 0,5 mm
- 30 menit ketiga atau menit ke 90 adalah 0,5 mm
Laju endap darah pertama : 10 :30 = 0,33
Laju endap darah kedua 0,5 : 30 = 0,016
Laju endap darah ketiga 0,5 : 30 = 0,016
Laju endap darah
seluruhnya = 0,33 + 0,016 + 0,016 = 0,362
Tabel 7.. Laju
Endap Darah sapi
|
Gambar 4. Grafik 2 Laju Endap Darah pada Sapi

Keterangan :
- 30 menit
pertama adalah 56 mm
- 30 menit kedua
atau menit ke 60 adalah 42 mm
- 30 menit ketiga atau menit ke 90 adalah 6 mm
Laju endap darah pertama : 56 :30 = 1,87
Laju endap darah kedua 42 : 30 = 1,4
Laju endap darah ketiga 6 : 30 = 0,2
Laju endap darah seluruhnya = 1,87
+ 1,4 + 0,2 = 3,42
Tabel
Tabel 8.Laju Endap
Darah Ayam
|
||
|
|
|
No.
|
Waktu
|
Penurunan darah
|
1
|
30 menit
|
3
|
2
|
60 menit
|
1
|
3
|
90 menit
|
1
|
Gambar 5. Grafik 3 Laju Enda Darah Ayam

Laju Endap
Darah ditentukan dengan mengukur jarak dalam mm yang ditempuh dalam satuan
waktu tertentu oleh lapisan teratas yang berada di dalam tabung-tabung standar
yang ditempatkan dalam posisi vertical. LED dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain perubahan komposisi plasma darah (kekentalan/viskositas
plasma), jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan. (Widodo, 2004) Laju endap darah
yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan
pemerikksaan yang menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara
eritrosit dengan plasma.
Pada praktikum in menggunakan metode
Wastergreen. (Riswanto, 2009) Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada
dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan
menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika
nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil
pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode
Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang
pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang
menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode
Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin
untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur
dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Laju endap
darah yang kita hasil kan mengalami kenaiakan dan penurunan,itu dikarnakan sel
darah merah yang mengaendap.
Hal ini sesuai dengan pendapat ( Rosita,2000) yang menyatakan Makin
banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah
(LED)-nya. Dari data di atas dapat di lihat bahwa laju endap darah dari
masing-masing sampel darah berbeda-beda hal ini di pengaruhui oleh beberapa
faktor yaitu Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap
darah. Radiopoetra, 2000 yang berpendapat bahwa Proses pemeriksaan
sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke
dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan) Makin banyak sel darah merah
yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya.
Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh kita.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED)
adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul
darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal
dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED)
cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED)
yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta
poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan
ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah
eritrosit/µl darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal.
Laju Endap Darah (LED) terutama mencerminkan perubahan
protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi
dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons
yang tidak spesifik terhadap
kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Bila dilakukan
secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan
penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap
Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju
Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan
Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu
perbaikan.
Pada darah sapi, jumlah
sel darah merahnya kurang dari jumlah sel darah ayam, selain ayam (unggas)
merupakan hewan berdarah panas, unggas juga lebih banyak bergerak dan hal ini
akan memacu jumlah sel darah merah pada unggas sehingga proses pengendapannya lebih
cepat (Morag G. Kerr, 8).
Faktor terpenting pemeriksaan LED adalah
tabung harus betul-betul tegak lurus, perubahan dan menyebabkan kesalahan
sebesar 30%. Selain itu selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau
bergerak. Panjang diameter bagian dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil
pemeriksaan (Bajpai,2009).
Di dalam tubuh,
suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat
pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap
dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED)
berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma
(mm/jam).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu
data-data lain untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliput
ikeluhan dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil
pemeriksaan penunjang lainnya (laboratorium, rontgen, dll). LED tinggi bisa merupakan indikasi
adanya gangguan kesehatan dalam
tubuh kita. Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya normal. (Syaifuddin, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, Pearce. 2004. Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Frandson, R.D. 2002. Anatomi dan
Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna. 2000. Dasar-dasar
Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Schmid, K. and Friends. 2001. Animal
Physiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA.
Frandson, R. D. 2001. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Edisi
Keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Frandson, R. D. 2001. Anatomi dan
Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nurcahyo, Heru. 2000. Anatomi dan
Fisiologi Hewan. Yogyakarta : UNY.
Guyton, Arthur C. 2002. Fisiologi Manusia dan
Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta
Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi.
edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Frandson, R.D. 2000.Anatomi dan Fisiolog Ternak Edisi ke 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ganong, William
F.2002.Ed. 20.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC.
Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi ternak. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Guyton,
Arthur.2006.Ed. 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier
Saunders.