Rabu, 13 Mei 2015

LAPORAN MID SEMESTER PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

Waktu perdrahan, waktu beku
Darah dan LED

OLEH:
WAHIDIN
E10014022
A.3


th.jpg




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
                                             2015
                                                     
                                                           BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Pemeriksaan hematologi digunakan untuk mengetahui sel-sel darah dan bagia n-bagiannya termasuk fungsi fisiologisnya, antara lain sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan sebagainya. Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan rutin, digunakan untuk pemeriksaan screening awal maupun pemeriksaan lanjutan.
Lebih dari 75 jenis pemeriksaan hematologi yang terbagi dalam Hematologi Rutin, Faal Hemostasis dan Hematologi Khusus telah mampu kami kerjakan dengan menggunakan instrumen berteknologi mutakhir flowcytometry dan Laser photo detector yang mampu menghitung dan mengidentifikasi sel-sel darah secara otomatis, berkecepatan tinggi, dan hasil analisis yang sangat akurat. Pada umumnya sampel darah diperoleh dari darah kapiler dan darah. Darah merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matrik (plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiri atas serum dan fibrinogen. Sel-sel darah merupakan bagian darah yang padat, terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penunjang atau penegak diagnosis yang berkaitan dengan terapi dan prognosis (Sarkar&Devi, 2006).
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan.Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit (Budiwiyono, dkk, 2005).
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan. Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
Darah dalam istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato yang berrasal dari yunani haima yag berarti darah.  Dimana darah meupakan suatu caira yang terdapat pada semua jenis makhluk hidup ( kecuali tumbuhan ) tingkat tinggi dimana darah tersebut berfungsi untuk mengirimkan zat – zat dan oksigen dibutuhkan oleh jaringan tubuh, untuk mengangkut bahan – bahan kimia hasil metabolism dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Volume darah di dalam tubuh sekitar sepertiga belas berat badan orang sehat, atau kurang lebih 4 – 5 liter. Bila cairan darah terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka tubuh sendiri akan mengatur sekresi melalui keringat dan kencing atau urine sehingga kadar larutan dalam darah tetap dan tekanan osmosis dalam darahpun juga tetap. Darah mempunyai bebarapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metbolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh.
Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Komponen sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Sel darah merah (eritrosit) umumnya dapat mengalami kerusakan atau gangguan apabila diletakkan dalam suatu larutan yang tidak sesuai dengan tekanan osmotiknya. Hal ini dapat berpengaruh dalam menjalankan fungsinya dalam tubuh. Sel darah yang mengalami gangguan dapat mengalami hemolisis (pecah) dan krenasi (berkerut).
Dalam darah terkandung hemoglobin  berfungsi untuk pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertyulang belakang atau invertebrata berukuran kecil, oksigen langsung meresap dalam plasma darah karan protein pembawa oksigen terlarut secara habis. Hemoglobin merrupakan protein pengakut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemoglobin yang bewarna biru mengandung tembaga dan digunakan oleh hewan crustaceae.
Tubuh manusia setiap saat terjadi proses sirkulasi berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk suplai energi sehingga tubuh dapat melakukan aktivitas. Media yang berperan dalam mengedarkan zat-zat tersebut adalah darah. Darah merupakan cairan yang bersirkulasi dalam tubuh manusia dan vertebrata yang  berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, serta  mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme.
Darah mempunyai fungsi sebagai alat pengangkut yaitu membawa sari-sari makanan keseluruh tubuh, mengangkut zat-zat sisa metabolisme. Darah juga berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih yang berfungsi membunuh kuman penyakit, dan keping-kepimg darah dapat menutup luka. Selain itu darah juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
Fungsi utama dari darah adalah sebagai media transport yaitu mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru, untuk mencapai gas ini sel darah mengandung protein khusus yaitu hemoglobin karena sewtiap sel darah merah mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobulin, selain itu darah juga berfungsi sebagai regulasi dan pertahanan tubuh, yaitu mencegah dari pendarahan dan pertahanan tubuh dari penyakit. Atas dasar inilah dilakukan praktikum mengenai darah I untuk mengetahui bentuk dan sifat-sifat darah diantaranya preparat darah natif, waktu koagulasi dan pendarahan, serta laju endap darah.
Dalam kehidupan sehari-hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat pisau dan sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga selalu ada reaksi untuk menghentikannya. Bila tidak diatasi, ada kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah dan terjadinya infeksi. Tetapi untuk luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita sadari, jarang sekali dilakukan upaya untuk menegndalikan luka itu. Misalnya pada kasus luka kecil di saluran cerna akibat memakan sesuatu yang keras dan runcing, misalnya tertelan duri ikan. Bisa saja hal ini akan menimbulkan infeksi bila tidak ada kesadaran dari individu itu sendiri untuk mengatasinya. Untunglah di dalam tubuh setiap manusia memiliki suatu mekanisme penanganan pendarahan atau hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot polos sebagai suatu plasma local dan karen refleks simpatik yang merangsang serabut  adrogenik  yang menginversi otot polos dinding.
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam.Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit.Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2007).Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 2005).Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak.Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,2005).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 2000). Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 2002). Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 2001).
Laju Endap Darah adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. LED sering juga diistilahkan dalam bahasa asing BBS (Blood Bezenking Snelheid), BSR (Blood Sedimentation Rate), ESR (Erytrocyte Sedimentation Rate) dan dalam bahasa indonesianya adalah KPD (Kecepatan Pengendapan Darah).(Sacher, 2004).
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahappembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Dilaboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang seringdipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilairujukan untuk wanita 0 — 20 mm/jam dan untuk pria 0 — 10 mm/jam, sedangpada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 — 15 mm/jam dan untukpria 0 — 10 mm/jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju EndapDarah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlaheritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besardari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan LajuEndap Darah (LED) cepat.
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus). Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari.

1.2  Tujuan dan Manfaat
           Tujuan dari praktikum waktu perdarahan adalah untuk mengetahui waktu perdarahan dengan metode duke.
       Tujuan dari waktu beku darah adalah untuk menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) ternak atau manusia.
       Tujuan dari praktikum laju endap darah ini adalah untuk menentukan laju endap darah dengan menggunakan tabung wastergreen,
Manfaat dari praktikum waktu perdarahan dan waktu beku darah yaitu kita bisa mengetahui waktu perdarahan yang normal, dan sebab mengapa waktu perdarahan yang tidak normal dapat terjadi. Dan juga, kita bisa mengetahui proses terjadinya waktu beku darah.
Manfaat dari praktikum laju endap darah dan hemolisis adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel yang representatif dan benar dan bagaimana cara menghitung kadar air dan berat bahan kering.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang merangsang serabut adrogenik yang menginversi otot polos dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan berkurang        (Frandson, 2002).
Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 2006).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi     (Schmid, 2007). 
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah (Dsyoghi, 2010).
Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,2005).
          Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembulh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak. (Anonim, 2009)

         Bekuan mulai terbentuk dalam 15 sampai 20 detik bila trauma pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil. (Puzzy, 2009)
         Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. (Sonjaya, 2008)
        Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan (Anonim, 2009).
Perdarahan yang spontan juga dapat terjadi karena kegagalan untuk membentuk sumbatan eritrosit.Perdarahan kemudian dapat terjadi karena pergerakan otot biasa atau trauma minimal.(Indah, 2008)
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darash, faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trombokinase, thrombin dari protrombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen, mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin, bersama-sama dengan ion Ca, tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi thrombin (Evelyn, 2004).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinoge menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994).
Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 1992).
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).
Menurut Sonjaya (2009)a, Waktu koagulasi adalah waktu mulai darah keluar sampai terbentuknya benang fibrin.  Sedangkan menurut Sonjaya (2009)b, waktu koagulasi darah adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana baervariasi untuk berbagai spesies.
Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autoimun (Sonjaya, 2009)b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu koagulasi darah yaitu adanya pembentukan tromboplastin, adanya ion kalsium dan substansi tambahan faktor trombosit bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin, protrombin, prokonvertin, akselerator konversi serum protrombin, dan ion kalsium (Ariwibowo, 2007).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit, dan anjing 2,5 menit (Frandson, 2001).
        Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak (terluka). Bagian dari darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau keping darah. Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu mengakarosit yang berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo, 2000).
       Adapun faktor dalam pembekuan darah meliputi ion Ca2+, tromboplastin, akselator trombosit, konvertin,factor anti hemofilik. Pembekuan atau penggumpalan darah disebut juga koagulasi darah.Dari situ akan terjadi suatu masa yang menyerupai jeli yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan meninggalkan cairan jernih disebut serum (Poedjiadi, 1994).
Proses penggumpalan darah dimulai ketika endothelium pembuluh MisaK akibat adanya luka dan jaringan ikat pada dinding terpapar ke darah. Trombosit menempel ke wa'. Kolagen dalam jaringan ikat tersebut dan mengeluarkan fibrinogen yang membuat trombosit riaur-a berdekatan dan menjadi lengket, Trombosit selanjutnya membentuk sumbat yang memberikan reriindungan darurat sehingga tidak terjadi kehilangan darah.Penutupan ini diperkuat oleh gumpalan. Campbell (2003),
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009)
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn, 1989).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994). Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 1992). Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).


Faktor terpenting pemeriksaan LED adalah tabung harus betulbetul tegak lurus, perubahan dan menyebabkan kesalahan sebesar 30%. Selain itu selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau bergerak. Panjang diameter bagian dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil pemeriksaan.(Bajpai,2009).
Pembacaan metode westergren dilihat dengan panjangnya kolomplasma di atas tiang eritrosit dengan memperhatikan beberapa hal yaituwarna plasma di atas eritrosit, kejernihan plasma misalnya menjadi keruholeh karena hiperlipemia, lapisan leukosit pada kolom eritrosit akanmeningkat oleh leukositosa dan leukimia, tajamnya batas antara darah danplasma yang menjadi tidak tajam oleh anisositosa (Wagener, 2002).Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung LED dalam sikap tegaklurus, selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyakterhadap hasil LED. (Hendrayani,2007)
Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawa terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan meningkatkan LED. (Barbara, 2006) 
Penentuan nilai LED secara umum telah digunakan dalam pengobatan klinik, menegakkan diagnosis, mengetahui penyakit secara dini dan memantau perjalanan penyakit seperti tuberkolosa dan reumati. Peningkatan kecepata pengendapan berhubungan langsung dengan beratnya penyakit. (Isbister, 2000) 
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH ).merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen. (Riswanto, 2009)
LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi. (Tambayong J, 2000)
 Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma.  (Widodo, 2004)
Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED) dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan  mengukur jarak antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor  yang mempengaruhi LED, yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi, kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran, suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ), faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran), abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia, dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin. (Widodo,  dkk, 2004) 


                                               BAB III
MATERI DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum  Anatomi dan Fisiologi Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 28 Maret – 25 April 2015, pukul 08.00 WIB Sd s/d selesai. Bertempat di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Ternak  Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai waktu pendarahan yaitu: Alkohol 70%, ujung jari praktikan, kapas atau tisu, lanset steril.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai waktu pendarahan yaitu: Alkohol 70%,lanset steril, Jarum pentul, gelas arloji berlapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin, kapas, alat pencatat waktu, (stopwatch atau arloji tangan).
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anfister mengenai laju endap darah yaitu : darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, tabung westergreen dengan raknya.
3.3 Metoda
Adapun metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai Waktu pendarahan yaitu: Bersihkan ujung jari dengan alkohol 70% kemudian bersihkan/lap dengan kapas atau tisu bersih. Tusuk ujung jari dengan lanset steril hingga mengeluarkan darah. Catat waktu dari saat darah mulai keluar sampai pendarahan berhenti dan usaplah darah tersebut dengan kapas/tissue. Biarkan darah keluar lagi. Lakukan kegiatan tersebut setiap 30 detik sampai darah tidak keluar atau terhenti, dan catat waktunya. Catat waktu pendarahan (waktu ke satu) sampai pendarahan berhenti (waktu kedua)
Adapun metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai waktu beku darah ada dua cara yang pertama: bersihkan dengan alkohol ujung jari praktikan atau lokasi pengambilan darah ternak. Tusuk dengan lanset steril pada ujung jari atau lokasi pembuluh darah dan catat waktu pada saat darah keluar. Letekkan 1-2 tetes darah ke gelas arloji tang berlapis paraffin. Dengan mengunakan jarum pentul, tusuk ke dalam darah dan angkat. Lakukan hal tersebut setiap 0,5 menit sampai terlihat benang putih dan catat waktunya. Waktu mulai darah keluar dari pembulu darah sampai terbentuknya benang putih disebut waktu beku darah.cara yang kedua: bersihkan dengan alkohol jari praktikan atau lokasi pengambilan darah ternak. Tusuk dengan lanset steril pada ujung jari atau lokasi pembuluh darah dan catat waktu pada saat darah keluar. Tempelkan salah satu ujung pipa gelas kapiler (tidak mengandung heparin) pada darah yang keluar dari pembuluh darah dan catat waktunya. Biarkan darah masuk kedalam pipa kapiler dengan sendiriya sampai 4/5 panjang pipa, tunggu 2 menit, kemudian ptahkan 1/10 dari pipa yang berisi darah. Lakukan hal tersebut setiap 30 detik sampai keluar benang fibrin. Catat waktunya saat terbentuk benang fibrin.
Adapun metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai laju endap darah yaitu: sampel darah dihisap dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kemudian tegakkan rak. Tiap 30 menit catat penurunan dari sel-sel darah. Buatlah grafik dari 0-90menit.
Adapun metoda yang digunakan pada prektikum anfister mengenai Hemolisis yaitu: beri nomor/kode pada setiap tabung (1-10). Isi 10 tabung tersebut masing-masing 5 ml larutan tersebut. Tambahkan 3 tetes darah kedalam setiap tabung dan biarkan selama 30 menit. Periksa/amati warna warna dan kekeruhan larutan dan didalam tabung . warna merah cerah menunjukkan adanya hemolisis. Warna keruh belum tentu tidak terjadi perubahan. Kemungkinan sebagian sel mengalami hemolisis atau perubahan lainnya. Untuk memastikan terjadinya hemolisis / perubahan dilakukan secara mikroskopis.
Cara pemeriksaan mikroskop: pada gelas objeck sebelah kiri teteskan 1 tetes larutan dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol (penbanding) bagian kana teteskan 1 tetes larutan tabung kedua, tutup dengan cover glass. Periksa dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Lakukan hal yang sama untuk tabung lainnya dengan menggunakan larutan dari tabung pertama sebagai kontrol.
Catat hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut: pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan tanda(+) bila terlihat jelas adanya hemolisis (larutan dalam tabung berwarna merah cerah) dan anda (-) bila belum terlihat adanya hemolisis(larutan dalam tabung berwarna keruh). Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan pada kolom bentuk sel bulat licin atau bulat bergerigi, atau bentuk lainya; pada kolom besar bandingkan dengan kontrol(tabung1)tulis tanda(=) apabila besarnya sama dengan kontrol, tanda (>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila lebih keci; untuk jumlahnya relatif sama dengan kontrol, tanda (>) apabila relatif lebih banyak, dan tanda (<)apabila relatif lebih sedikit.







BAB IV
                                      HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2        Waktu Perdarahan
1.Nama Praktikan      : SRI WEDIA
Umur                     : 19th 
Jenis kelamin         :  Perempuan
Kondisi                 :  Sehat           
           Hasil praktikum waktu pendarahan adalah setelah darah mengalir dari jari praktikan darah berhenti mengalir pada detik ke 30. Setelah di usap atau dilap,darah pun tidak mengalir lagi. Namun hal ini tidak sesuai dengan pendapat Subhan (2003) yang menyatakan bahwa  waktu pendarahan di pembuluh kecil itu lebih lama pendarahan waktu pertama keluar darah : 10 menit waktu akhir/kering : 30 menit Terjadi penggumpalan.
          Pada jari yang ditusuk dengan lanset sterill terdapat pembuluh darah kecil. Yang dimaksud dengan pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
          Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,1989
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang. Tambayon (2003) menyatakan bahwa cepatnya proses pembekuan darah karena di dalam darah manusia terdapat globin dan hem (sekitar 40%) sebagai proses konjugasi protein dalam tubuh manusia.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendoteldan membentuk agregasi. Disaat darah keluar, darah sempat berheti sebentar namun berlanjut beberapa menit kemudian. Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2000).

Gambar waktu pendarahan

   
       
       
        Waktu perdarahan pada praktikan Wedi Imam Pramono normal karena karena waktu perdarahan lebih dari 1 menit dan kurang dari 6 menit. Menurut Dsyoghi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Kisaran waktu pendarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik.




Tabel 3. Waktu Perdarahan
Kelompok
Waktu keluar
Waktu berhenti
Waku keluar
Waktu berhenti
         1
      5 detik
  4.30 detik
      2 detik
    30 detik
         2
      5 detik
    30 detik
      3 detik
    20 detik
         3
      5 detik
     30 detik
      3 detik
    30 detik
         4
      5 detik
     30 detik
      2 detik
    30 detik
        5
      5 detik
     30 detik
      3 detik
    30 detik
        6
      5 detik
     30 detik
      3 detik
     20 detik
           Pada waktu perdarahan darah pada jari praktikan akan mengalami penghentian keluar nya darah itu terjadi pada saat 5 menit. Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan. (Syaifuddin, 2002) bahwa Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Disaat darah keluar, darah sempat berheti sebentar namun berlanjut beberapa menit kemudian hal ini juga dikemukakan oleh Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 2001).
4.1.3        Waktu Beku Darah
1   Nama Praktikan         : SRI WEDIA
     Jenis kelamin              : Perempuan
     Kondisi                       :   Sehatt
    Waktu beku darah       :  10 menit 09 detik
Pada praktikum waktu beku darah digunakan darah praktikan Wedi Imam Pramono, dan juga darah hewan sapi, kambing dan ayam. Dari semua sampel darah tidak terjadi waktu beku darah karena tidak terbentuk benang putih (fibrin). Dibuktikan dengan pernyataan Wibowo (2009), yang menyatakan bahwa fibrin sangat berperan penting dalam pembekuan darah.Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah.Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit. ul(2007). Hal ini juga sesuai dengan pendapaat
Faktor yang penting dalam menghentikan suatu peredaran yaitu kongulasi atau pembekuan.mekanisme insintik adalah serangkaian  reaksi enzimatik yang di awali apbila darah bersentuh dengan permukaan asing. Semua permukaan selain lapisan endotel pada dindin pembuluh darah adalah asing terhdap protein-protein kogulasi dan sel-sel dalam darah merah. Sekali peruses pembekuan di mulai, serangkaian reaksi akan terjadi dan mencapai puncaknya  dengan terbentuknya terumbin dan benang-benang fibin.
Menurut Poedjiadi (1994), mekanisme pembekuan darah yaitu pertama, jaringan mengalami cedera, trombosit yang mengalami lisis kemudian terjadi pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua, Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion Ca, konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator globulin plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh trombin. Kelima, protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin dengan bantuan trombin. Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah dan memiliki fungsi dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan ternak.
          Waktu beku darah  manusia, di lakukan dengan meletakan darah di atas gelas arloji dengan menyalakan setopwach di mulai dari pengambilan di pembuluh darah sampai dengan dengan catatan waktu : 37,5 menit.
         Waktu beku darah sapi sama seperti pemberlakuan drah manusia dengan catatan waktu 37,14 menit. Menurut     Hamilton 2008. Beda beku darah manusia dengan hewan hanya sedikit
Pada saat pembekuan darah pasti akan terbentuk benang-benang putih itu darah akan sepaerti mengumpal. ada beberapa zat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah,yaitu Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi. Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan sebagai pencegahan untuk mengurangi insiden tromboemboli (masuknya udara pada aliran darah) terutama pada vena.
Pada umumnya proses pembekuan darah sangat dipengaruhi oleh kepingan-kepingan darah. Pembekuan darah juga dipengaruhi suatu komponen esensial yakni fibrinogen, pembekuan darah mampu menghentikan semua perdarahan pada pembuluh darah yang rusak. Seperti yang dinyatakan oleh Jhonson, Dkk, 184 bahwa untuk pembentukan benang fibrin sebagai penentu cepatnya pembekuan darah, darah dalam tubuh manusia mengalami proses tromboplastik dalam darah dengan bantuan calcium dan protrombin berubah menjadi trombin, lalu trombin dengan bantuan fibrinogen akan membentuk benang-benang fibrin yang akan menutup luka dan membuat darah menjadi beku.
Tabel 4. Waktu Beku Darah Per kelompok
No
    kelompok
    Waktu
1
        satu
9 menit 27 detik
2
        dua
8 menit 30 detik
3
        tiga
10 menit 09 detik
4
        empat
11 menit 09 detik
5
         lima
2 menit 37 detik
6
         enam
16 menit 13 detik

         Pada darah manusia terjadi pembekuan (terbentuk benang putih) karena darah tidak dibri antikoagulan. Sedangkan darah sapi, kambing, dan ayam tidak terjadi pembekuan Karena darah – darah tersebut diberi antikoagulan.Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah.  Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit .





Tabel  5.. Waktu beku darah
Jenis Darah
Waktu
Keterangan
Sapi
>6menit
Tidak ada benang putih
Ayam
>6menit
Tidak ada benang putih
Kambing
>6menit
Tidak ada benang putih
Praktikan
1 menit
Ada benang putih

Waktu beku hanya dimilki oleh manusia sedangkan ayam, sapi  dan kambing tidak memiliki waktu beku darah, hal ini sesuai dengan bahwa manusia memiliki waktu beku darah sekitar 1-6 menit. Waktu koagulasi yang normal menurut Frandson (1992). Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit, dan anjing 2,5 menit.
Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam. Dari hasil pengamatan, data koagulasi kelompok masih berada dalam kisaran normal, yaitu antara 15 detik hingga 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Anti bodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin yang merupakan faktor penghambat protein koagulasi darah. Sehingga waktu koagulasi pada tiap sampel darah sangat bervariasi. Agar terlihat benang harus dilakukan, agar benaang putih pada sampel darah harus dilakukan, agar anti koagulannya tergabung, hal ini sesuai dengan Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 2009).

4.1.4 Laju Endap Darah
Laju Endap Darah merupakan suatu pemeriksaan darah yang dapat membentuk penentuan status kesehatan seekor hewan. Hasil yang telah kami dapat yaitu dari sampel darah yang dihisap dengan westar green sampai anka 0 dan ditegakkan pada rak tiap 30 menit catat penurunannya hingga sampai menit ke 40 yaitu 30 menit pertama : 2 mm, 30 menit kedua : 3 mm dan 30 menit ke tiga adalah 5 mm.
Tabel  6. Laju Endap  Darah Kambing
No
Waktu
Penurunan darah
1
30 menit
                        62
2
60 menit
                        42


                       

Gambar 3. Grafik 1 Laju Endap Darah pada Kambing


Keterangan :
-     30 menit pertama adalah 10 mm
-     30 menit kedua atau menit ke 60 adalah 0,5 mm
-     30 menit ketiga atau menit ke 90 adalah 0,5 mm
Laju endap darah pertama : 10 :30 = 0,33
Laju endap darah kedua 0,5 : 30 = 0,016
Laju endap darah ketiga 0,5 : 30 = 0,016
 Laju endap darah seluruhnya = 0,33 +  0,016 +  0,016 = 0,362



Tabel 7.. Laju Endap  Darah sapi
No.
Waktu
        Penurunan darah
1
30 menit
               92
2
60 menit
               60
3
90 menit
                43

Gambar 4. Grafik 2 Laju Endap Darah pada Sapi
           
Keterangan :
-   30 menit pertama adalah 56 mm
-   30 menit kedua atau menit ke 60 adalah 42 mm
-   30 menit ketiga atau menit ke 90 adalah 6 mm
Laju endap darah pertama : 56 :30 = 1,87
Laju endap darah kedua 42 : 30 = 1,4
Laju endap darah ketiga 6 : 30 = 0,2
Laju endap darah seluruhnya = 1,87 + 1,4 + 0,2 = 3,42
Tabel



Tabel 8.Laju Endap  Darah Ayam


No.
Waktu
Penurunan darah
 1
30 menit
             3
 2
60 menit
             1
 3
90 menit
             1

Gambar 5. Grafik 3 Laju Enda Darah Ayam
Laju Endap Darah ditentukan dengan mengukur jarak dalam mm yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu oleh lapisan teratas yang berada di dalam tabung-tabung standar yang ditempatkan dalam posisi vertical. LED dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain perubahan komposisi plasma darah (kekentalan/viskositas plasma), jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan. (Widodo, 2004) Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma.
Pada praktikum in menggunakan metode Wastergreen. (Riswanto, 2009) Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Laju endap darah yang kita hasil kan mengalami kenaiakan dan penurunan,itu dikarnakan sel darah merah yang mengaendap.
Hal ini sesuai dengan pendapat ( Rosita,2000) yang menyatakan Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Dari data di atas dapat di lihat bahwa laju endap darah dari masing-masing sampel darah berbeda-beda hal ini di pengaruhui oleh beberapa faktor yaitu Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah. Radiopoetra, 2000 yang berpendapat bahwa Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan) Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya.
Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal.
Laju Endap Darah (LED) terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
            Pada darah sapi, jumlah sel darah merahnya kurang dari jumlah sel darah ayam, selain ayam (unggas) merupakan hewan berdarah panas, unggas juga lebih banyak bergerak dan hal ini akan memacu jumlah sel darah merah pada unggas sehingga proses pengendapannya lebih cepat (Morag G. Kerr, 8).
            Faktor terpenting pemeriksaan LED adalah tabung harus betul-betul tegak lurus, perubahan dan menyebabkan kesalahan sebesar 30%. Selain itu selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau bergerak. Panjang diameter bagian dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil pemeriksaan (Bajpai,2009).
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliput ikeluhan dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya (laboratorium, rontgen, dll). LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam tubuh kita. Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya normal. (Syaifuddin, 2002)



DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, Pearce. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Frandson, R.D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna. 2000. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Schmid, K. and Friends. 2001. Animal Physiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA.
Frandson, R. D. 2001. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Frandson, R. D. 2001. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nurcahyo, Heru. 2000. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta : UNY.

Guyton, Arthur C. 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi. edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Frandson, R.D. 2000.Anatomi dan Fisiolog Ternak Edisi ke 4. Gadjah Mada          University Press. Yogyakarta.
Ganong, William F.2002.Ed. 20.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC.
Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dsyoghi,2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan. http://dsyoghi.wordpress.com. 
Guyton, Arthur.2006.Ed. 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier Saunders.

th.jpgSchmid, K. and Friends. 2007. Animal Physiology: Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA.
Syaifuddin.2009.Ed. 2.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Puzzy, The Agra. 2009. Pemeriksaan Koagulasi. http://agrapuzzy-perfect.blogspot.com. 
Wibowo, Fredi. 2009. Proses Penggumpalan Darah
Indah. 2008. Sistem yang Sempurna : Pembekuan DarahKhairul Osman. 2007. Gangguan Pendarahan. Jakarta: Essential Hematology. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar